Maulid Nabi: Keruntuhan Intervensi Kejahatan untuk Tegaknya Keshalihan Sosial

  • Bagikan
Foto: Istimewa/dokpri
Dr Nurzengky Ibrahim, MM., Dosen pengajar Pendidikan Lingkungan Strata-2 UNJ, tinggal di Jakarta -- Foto: Istimewa/dokpri

Oleh Nurzengky Ibrahim

AWAN NEWS — Setiap Rabiul Awwal tiba, antusiasi masyarakat untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam (Saw) demikian besar. Bahkan tak jarang, kalangan kaum muslimin tertentu menggelar pernak-pernik kemeriahan; Dalam upaya menyemangati generasi penerus bangsa, agar dalam kehidupan sehari-hari dapat mengambil i’tibar dari keteladan yang dipraktikan Nabi Saw.

Dalam hal keteladanan, Rasulullah Saw dipandang oleh kebanyakan tokoh muslim sebagai cahaya penuntun arah kehidupan terbaik; Lebih-lebih dalam bidang spiritualitas, moral dan keimanan, keadilan sosial hingga penerapan aklaqul karimah yang mengusung shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah.

Sekali pun begitu, hingga hari ini apa yang diteladankan Nabi Muhammad, belum sepenuhnya menjadi perhatian serius di dalam masyarakat, khususnya kaum muslimin di negeri ini. Sehingga, prilaku dalam berbangsa dan bernegara belum terarah benar pada cita-cita luhur: baldatun thayyibatun wa rabbun ghaffur.

Indonesia, sampai hari ini, masih diwarnai dengan krisis etika yang ditandai dengan tingginya tingkat korupsi. Umumnya mereka yang tersangkut kasus korupsi, adalah mereka yang sesungguhnya pemangku jabatan penting dalam struktur sosial kebangsaan dan kenegaraan; Baik dari kalangan eksekutif, legislatif mau pun yudikatif.

Hal demikian, tentunya, selain sangat memprihatinkan masalah harga diri bangsa, namun juga sudah seharusnya disadari oleh semua kalangan masyarakat di tanah air; Bahwa, saat-saat kelahiran Muhammad Shalallahu ‘alaihi sallam, pada 721 miladiyah yang juga disebut tahun gajah, telah mencatatkan sejarah: tentang munculnya intervensi kekuatan asing yang kontra produktif dengan rahmat Allah.

Kekuatan intervensi asing saat itu dikenal dengan pasukan Abrahah dari Yaman, dibawah pengaruh gubernur Kristen yang dikirim dari kerajaan Aksum (Ethopia) untuk menyerang Kota Makkah. Missi ini juga memperoleh dukungan atau pengaruh kekuatan tempur yang berbasis di Romawi.

Besaran pasukan tempur Abrahah diyakini banyak tokoh sejarah mencapai 100.000 prajurit. Keunggulan pasukan Abrahah menggunakan gajah sebagai kekuatan tempur mereka, sehingga pasukan ini sangat ditakuti berbagai wilayah pada zamannya.

Prof Nur Syam dalam artikel: Burung Ababil vs Tentara Abrahah: Kekuasaan Allah vs Kekuatan Manusia (pada nursyam.uinsby) antaranya menyebut; Begitu mendengar akan terjadi serangan dari Raja Abrahah, para pimpinan Quraisy menjadi panik. Mereka sudah mendengar akan kedigdayaan tentara gajah yang akan menyerang lambang kesucian kaum Quraisy, Ka’bah.

“Mereka akan melawan, tetapi sudah membayangkan kekalahannya. Maklumlah, Raja Abrahah dari Yaman itu sangat terkenal di dunia Timur Tengah sebagai pemilik tentara gajah yang sangat digdaya. Artinya, kaum Quraisy dan seluruh suku yang terlibat di dalamnya sebenarnya sudah tidak mau untuk berperang melawan tentara Gajah tersebut”.

Pada penyerangan pasukan Abrahan menuju Ka’bah, terang Nur Syam, bahwa Abrahah dibantu oleh Raja Najasyi dengan mengirimkan gajah-gajah terbaiknya. Ada delapan atau 12 gajah yang diperbantukan untuk menghancurkan Ka’bah.

Niat menghancurkan Ka’bah semata-mata dipicu keinginan Raja Abrahah yang menjadikan gereja untuk tempat ibadah bagi penganut agama-agama. “Abrahah membuat gereja yang besar dan megah. Namun demikian, masyarakat masih lebih cenderung untuk mendatangi Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.” jelas Prof Nur Syam.

Merasa upayanya sia-sia, maka Abrahah melakukan tipu daya untuk menghancurkan Ka’bah. Dengan kehancuran Ka’bah, dalam pikiran dia, orang akan pergi ke Yaman mengunjungi gereja. Dengan banyaknya orang berkunjung ke Yaman, tentunya akan meningkatkan ekonomi di wilayah negeri yang dipimpin Abrahah.

Akan tetapi, penyerangan Abrahah bertepatan dengan masa-masa kelahiran Muhammad yang kemudian menjadi Rasul Allah akhir zaman. Pasukan Allah yaitu dikenal dengan Burung Ababil diterbangkan. Dalam tempo tidak terlalu lama, burung-burung itu membinasakan pasukan Abrahah. Kisah ini diabadikan dalam Surat Al Fiil, ayat 1-5:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَٰبِ ٱلْفِيلِ
أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِى تَضْلِيلٍ
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍۭ

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah. Bukankah mereka telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia. Dan dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (QS Al Fiil: 1-5)

Counter attack (serangan balik) melalui Kemahakuasaan Allah, telah begitu memanfaatkan ketidak-siap-siagaan para prajurit perang Raja Abrahah. Bekal kekuatan yang dibawa perang disiapkan kekuatan berhadap-hadapan, namun serangan yang mereka terima dari burung ababil berseja benda-benda kecil bagai hujan batu.

I’tibar yang dapat diambil dari peristiwa hancurnya pasukan Abrahah telah nyata; Allah membuka iradahNya sebagai peringatan atas pentingnya aspek keteladanan yang tengah diproses ke tengah-tengah ummat manusia saat itu.

Rasulullah yang hingga kini dipandang oleh kebanyakan tokoh sebagai cahaya penuntun arah kehidupan terbaik, akan menjadi simbol monumental pada penegakan spiritualitas, moral dan keimanan, keadilan sosial hingga penerapan aklaqul karimah yang mengusung shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah.

Oleh karenanya, saat-saat kelahiran Muhammad Shalallahu ‘alaihi sallam, pada 721 miladiyah itu menjadi nasihat konkret bahwa masa-masa ini adalah masa; Di mana sedang berprosesnya insan penjunjung etika tertinggi dengan spesifiksai istimewa yaitu akhlaqul karimah.

Hal itu menandakan, bahwa penjunjung akhlaqul karimah yang berkonsep pada pengembangan dan pengejawantahan sifat-sifat: shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah adalah syarat sebagai insan tertangguh. Atas insan demikian, telah pula diteladankan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk pedoman hidup hingga akhir zaman kelak, adalah insan yang selalu berada pada jalur kemenangan di jalan yang diridhai Allah Azza wa Jalla.

Telah nyata pula bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan paling sempurna. Karena itu, posisi beliau juga untuk dicintai, melebihi kecintaan terhadap manusia lainnya; Sebagaimana firmanNya di dalam Alqur-an, antaranya Surat Al-Ahdzab ayat 21 dan hadits-hadits yang bersifat menguatkan, sebagai berikut:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Artinya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS Al Ahdzab: 31)

Dalam hadits Riwayat Imam Al Bukhari, antara lain:

عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Artinya: ….Dari Qotadah, dari Anas berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya.” (HR Bukhari)

Ada pun yang mengungkap misi utama diutusnya Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwa misi utamanya untuk menjadi teladan dalam penegakkan akhlaqul karimah. Beliau bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan (keshalihan) akhlaq.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Baihaqi, dan Al-Bukhari dalam Al-Adab al-Mufrad; Hadits yang menegaskan, bahwa misi utama kenabian beliau adalah mengajarkan dan menyempurnakan akhlaq dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pada penerapan budi pekerti yang luhur kepada ummat manusia. (*)

Semoga manfaat

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *